Hari demi hari terus berlalu, semakin banyak hal-hal yang saya sembunyikan, semakin sering saya merepresikan perasaan saya, semakin menggunung kebohongan-kebohongan yang saya lakukan pada diri saya.
Malam itu saya memasuki toko buku lagi, backsound menggema memperdengarkan lagu-lagu religi. Tiba-tiba perasaan berdosa itu hadir lagi, saya pernah marah pada Tuhan, saya pernah mempertanyakan keadilan Tuhan, saya pernah kecewa pada Tuhan. Maafkan saya ya Allah :(( Mungkin saya terlihat seperti daun yang berwarna hijau, tumbuh untuk menyejukkan dan menenangkan. Teman-teman saya banyak yang bilang kalau saya terlihat sangat tenang, tapi sebetulnya saya begitu rapuh. Seperti daun yang tertiup angin, ia pun akan lepas dari tangkainya, saat musim gugur tiba, ia pun tak kan mampu bertahan, dan terjatuh ke tanah juga. Itulah saya. Saat masalah silih berganti berdatangan, saya mungkin terlihat tenang, tapi justru hati saya berontak.
Saya pernah merasakan hidup mewah tapi saya pun pernah merasakan hidup sulit. Makanya saya percaya kehidupan itu berputar, kadang kita bisa di bawah kadang kita bisa berada di atas. Dan ujian tak pernah berhenti saat kita di atas maupun di bawah. Saya pernah merasakan disuguhi makanan-makanan enak setiap hari, pesta ulang tahun setiap tahun, dan baju beraneka model saya miliki. Tapi saya pun pernah merasakan betapa uang seribu rupiah sangat berarti untuk mengganjal perut.
Semakin umur bertambah seharusnya saya semakin dewasa menyikapi masalah yang ada, tapi ternyata tidak. Semakin umur saya bertambah, saya semakin menyadari betapa saya berbeda dengan yang lain, betapa saya tak seberuntuntung orang lain, betapa hidup terasa tak adil. Lalu Allah memepertemukan saya dengan sebuah buku yang judulnya membuat saya terenyuh "Saat Kau Merasa Allah Tak Adil" sampulnya berwarna hijau. Buru-buru saya lihat bagian belakangnya, membaca resensi singkat buku tersebut, air mata ini hampir meleleh. Saya lebih sering melihat ke atas bukan ke bawah, ternyata banyak yang lebih menderita dari saya, hidup dengan permasalahan yang tak pernah henti mendatangi mereka, hanya bisa pasrah, dan berharap Allah mengasihani mereka, ada juga yang marah seperti saya, tapi kami semua lupa bahwa bersyukur itu penting, banyak nikmat Allah yang kami lupakan, yang luput untuk kami syukuri. Buku itu tak saya beli memang, tapi saya berterima kasih pada si penulis yang sudah menyadarkan saya pentingnya bersyukur.
Pulang dari toko buku, saya paksakan diri saya untuk tersenyum, sepahit apapun masalah yang saya hadapi, jangan pernah lupa bersyukur atas nikmat-nikmat Allah yang tak terhitung banyaknya. Bukankah semakin kita bersyukur, semakin Allah tambah nikmatNya?? argghhh... saya lupa itu. Allah tak pernah tidur, jika doa kita belum terkabul, ada 2 kemungkinan yang terjadi, Allah menggantikan dengan yang kita butuhkan atau Allah memberikannya di akhirat nanti :))
Keep Smile :)) ayooo terus bersyukur!!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar