Rabu, 22 Oktober 2014

Hai, Terima Kasih

Aku terlonjak dari tempat tidurku saat sebaris kata kau kirimkan. Hanya kata "semangat" dan emoticon senyum. Hanya itu. Tapi bahagiaku mengalihkan segala rasa muramku hari itu. Lalu aku tersadar, sampai kapan? Mau sampai kapan aku jadi orang gila yang memujamu secara diam-diam dari kejauhan? Tersenyum untuk kebahgianmu dan berdoa untuk kesuksesanmu. Padahal saat hari indah menyapamu, bukan aku yang kau cari. Bukan aku yang kau bagi untaian tawa bahagiamu. Aku hanya akan menyaksikan dari kejauhan. Dan mengucapkan selamat. Kau rayakan kebahagianmu dengan yang lain. Mungkin salah satu dari mereka adalah wanita yang kau puja. Pada akhirnya aku tetap berdiri sendiri di tempatku. Menerka-nerka apa yang sedang kau lakukan dengan teman-temanmu lewat akun media sosialmu. Sembari berangan, andai aku ada di situ, menjadi bagian dari kebahagianmu.

Terima kasih atas kata "semangat" yang kau kirimkan. Aku bahagia. Sangat bahagia bahkan. Andai mendekapmu bukan hanya angan. Aku ingin. Tapi kini aku sedang duduk manis di dunia nyata. Menyapamu pun aku tak mampu. Mungkin hanya bunga tidurku yang akan menyatukan kita. Karena pasti kau memilih memimpikan yang lain. Bukan aku.

Ciputat, 19 Oktober 2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar