Minggu, 18 Desember 2011

novel, prinsip dan jodoh

haaaaaaaloooooohaaaaaa... kali ini postingannya ga tentang film dulu. akhir-akhir ini saya disibukkan dengan persiapan pernikahan kaka tercinta yang sangat amat menyita waktu dan tenaga *lebaaaaaaaay* tapi..tapi..disela-sela kesibukan ini, saya menyempatkan waktu membaca sebuah novel karangan mba Ifa, judulnya 'friend love ship" daaaaaan, coba tebak apa yang terjadi saat saya membaca novel itu diangkot dalam perjalanan pencarian barang-barang untuk pernikahan kaka saya, saya senyum-senyum sendiri di samping supir angkoot?? yuupppzzzzzz, saya memang sengaja memilih duduk di samping supir angkot agar merasa lebih aman *apa siiih ini??*

ceritanya itu lhoo... ceritanya.. bikin nangis darah sambil jumpalitan. merasa tersindir karena karakter dalam novel sedikit banyak menggambarkan isi hati saya. ohh iya, novel itu bercerita tentang ke-12 wanita karir yang berusia cukup untuk menikah namun belum juga mendapatkan jodoh karena prinsip mereka yang *banyak maunya*. mereka ber-12 yang dipersatukan karena banyak kesamaan sama-sama berkomitmen tidak berpacaran, dan ituu SAYA BANGET *uhuuuy*

ulalalaaaaaaah... sejak masih kecil, saat saya sudah mengerti berpacaran itu tidak diperbolehkan dalam islam, saya sudah berjanji pada diri saya sendiri untuk tidak berpacaran. lama kelamaan alasan saya tidak berpacaran  bukan karena lagi tidak diperbolehkan dalam islam, tapi karena beberapa alasan. yaaaah, salah satu alasannya saya ingin jadi wanita yang independent . hihihi... sampai waktunya saya siap berumah tangga, kepengennya siiih bisa bebas sabagai wanita independen yang ga bergantung sama siapa-siapa. oke, ini semua dipengaruhi background kehidupan saya sebagai anak dari kedua orang tua yang super sibuk dan hidup tanpa pembantu dan pengasuh, bisa dibayangkan sejak kecil saya melakukan segalanya sendiri.


6-7 tahun lagi target saya menikah. hihihi... banyak yang bilang saya bakal jadi perawan tua kalau memutuskan untuk menikah di atas usia 25 tahun. tapi... ga ngaruh lah bagi saya dengan omongan-omongan orang itu. toh, saya juga belum memiliki calonnya. mau nikah sama siapa dooong, teman-teman?? lagian, nikah itu ga mudah. banyak yang harus dipersiapkan. dan persiapannya pun harus sangat matang di tengah-tengah gejala kawin-cerai di tengah masyarakat.

huuusssssh, tapi kadang saya pun sering memikirkan untuk menikah muda. heeeeem, biasanya siih kalo lagi banyak masalah atau lagi cuape-cuapenya banget dan butuh seseorang untuk berbagi, saya sering menginginkan cepat-cepat memiliki suami yang bisa diajak susah bersama *kurang asem bangeeeeet* hahaha.  tapi... tapi... kadang saya juga suka berfikir untuk tidak menikah dengan alasan,  saya merasa mampu melakukan semuanya sendiri , egois sekali memang. heeeeem, tapi yah kadang kita memiliki ide-ide liar seperti itu. hahaha...

jodoh itu ga kemana kaaaaan?? masih muda, masih 19, masih banyak yang harus dicapai, mending fokus sama pencapaian-pencapaian saat ini dulu. kalau waktunya udah tepat pasti allah akan mempertemukan dengan si Mr. Right. tulang rusak ga akan tertukar, gaaan... masih banyak hal-hal berharga yang bisa kita lakukan sendiri dulu. abaikan pertanyaan-pertanyaan "mana calonnya?" saya cuma senyum kalo ditanya begitu. yaaaaah, wajar banget di usia-usia kayak saya ini masih jual mahal, katanya belum mengkhawatirkan.


kuliah..kuliah dulu.. YANG BENER. kata mama, "kalau udah sukses, jodoh datang sendiri" (thanks mommy, buat wejangan yang selalu bikin semangat ade) "bersyukur kamu belum pernah pacaran. beruntung banget suami kamu, de" kata-kata yang memotivasi saya untuk semangat menjaga prinsip saya, dari geng gong ku yang gila, Ulet cemara (happy, dian, jeni, ica... makasi sudah mau direpotkan dengan curhatan galau tiap hari) thanks juga buat mba Ifa, yang sudah membuat novel-novel gila yang aduhai bikin senyum-senyum sendiri. dan terima kasih teramart besar buat sahabat biru saya, ajeeeeng yang sudah memperkenalkan novel-novel mba Ifa. thank you so much yaaaaaa :* dan beribu terima kasih kepada para lelaki yang membukakan mata saya bahwa wanita yang independen itu lebih menyenangkan. tanpa sms menanyakan kabar, "udah makan belom?" dan segala sesuatu yang ga penting-penting banget, jadi lebih bebas menentukan pilihan sendiri. ulalala byeeeeeeeeee....

Sabtu, 03 Desember 2011

Wedding Dress

Wedding Dress, dari judulnya mungkin anda akan membayangkan sebuah film romantis antara pria dan wanita. Jika anda berpikiran seperti itu, anda keliru. Film ini jauh dari kesan percintaan antara pria dan wanita. Film ini berkisah tentang keindahan cinta antara anak dan ibunya.


So Ra seorang anak tunggal yang sudah tidak memiliki ayah, dan ibunya seorang desainer gaun pengantin yang sangat sibuk. Kesibukan ibunya itulah yang menyebabkan ia membenci ibunya.  Ia merasa tak memerlukan ibunya lagi karena sehari-hari ia bisa melakukan segala aktivitasnya sendiri. Namun ketika ia mengetahui ibunya terserang penyakit mematikan, ia sadar, ia tidak ingin kehilangan ibunya.

Saat Go Eun dan So Ra mandi bersama

Go Eun, ibu So Ra, ingin melewati hari-harinya yang tak lama lagi bersama anak kesayangannya. Go Eun tidak ingin anaknya mengetahui penyakitnya sambil ia berjuang memberi kebahagian kepada anak tercintanya seorang diri. Dan Go Eun sengaja mempersiapkan rancangan gaun indah untuk dipakai anak semata wayangnya ketika menikah kelak.

So Ra mengejak ibunya berdansa layaknya pasangan yang baru menikah

Go Eun tak bisa terus-menerus menyembunyikan penyakitnya pada anaknya. So Ra pun akhirnya mengetahuinya dan berusaha mengabulkan 2 permintaan ibunya, memiliki banyak teman dan melihatnya mengikuti pentas balet.

Sebenarnya So Ra memiliki sahabat bernama Gina, namun karena kesalahannya, Gina menjadi membencinya dan tidak ada lagi yang mau bermain dengannya. Ibunya hanya ingin So Ra memiliki teman saat ia tak bisa menemani anaknya lagi. So Ra akhirnya memberanikan diri meminta maaf pada Gina dan mengajak teman-temannya menjenguk ibunya yang sedang dirawat di rumah sakit.

So Ra pun berusaha mengabulkan permintaan yang ke dua ibunya, mengikuti pentas balet padahal sudah lama ia tak pernah berlatih balet lagi karena tak ingin bertemu Gina yang mengikuti les balet juga. Namun dengan keberanian diri, ia meminta pada guru lesnya agar diperbolehkan mengikuti les balet kembali dan mengikuti pentas balet. Tapi sayang seribu sayang, guru lesnya tak mengijinkan. Berkat bantuan seorang guru les taekwondo akhirnya ia diperbolehkan mengikuti pentas balet.

Setelah pentas balet usai, So Ra dan ibunya tidur bersama di rumah sakit. Ketika pagi menjelang, ia memlihat ibunya masih tertidur "pulas" dan tak mau membangunkannya. Ia membiarkan ibunya tidur dan menjaganya di luar. Ketika tim dokter datang untuk memeriksa kondisi ibunya, ia melarang mereka masuk namun dokter terus memaksa. Heeeem, dan momen-momen inilah yang paling mengharukan. So Ra akhirnya menangis karena tak mau dokter mengganggu ibunya yang sedang tidur untuk selamanya. Ia sebenarnya sudah mengetahui bahwa ibunya sudah meninggal. Namun dengan ketabahannya ia berusaha untuk biasa-biasa saja.

So Ra memang anak yang hebat, ia masih sanggup menjalani hidupnya walau hanya seorang diri. Dengan payung  berwarna kuning ia jalan dengan tabahnya di bawah guyuran hujan. Ia tak lupa lagi membawa payung yang selalu ibunya suruh padanya sebelum meninggal.

So Ra mengenakan gaun pengantin yang dirancang oleh ibunya sebelum ibunya meninggal dunia.


10 jari deh untuk Kwon Hyeong Jin sebagai sutradara yang sudah membuat film ini begitu menyentuh. Akting si cantik Song Yoon Ah dan Kim Hyang Ki pun begitu memukau membuat penonton menitikan air mata. Apalagi saat di akhir cerita, dijamin anda akan hanyut ke dalam emosi yang mengharu biru.