Minggu, 20 Maret 2016

Sore itu, antara aku dan TUHAN




Akhirnya tangisku pecah. Senduku yang sudah kutahan sekian lama akhirnya berujung mukena yang basah. Kudekap lututku, tangisku mulai sesenggukan, kubutuh hangatnya pelukan, pikurku saat itu. Tapi tak ada pelukan, sentuhan pun tak ada. Karena saat itu hanya aku dan TUHAN. 

TUHAN

Kurindu jarak sedekat itu.

Kurindu deraian air mata itu.

TUHAN

Aku kelabu. Kusedang mencari. Mencari segala jawaban yang berkecamuk dipikiranku selama ini. TUHAN... tangisku pecah lagi.

Kubelum menemukannya, entahlah bertemu dengannya sudah atau belum. Ia, yang entah sering kusebut-sebut namanya atau justru tak pernah kutemui sama sekali. TUHAN. Aku masih mencari...

Mencari yang entah sampai kapan

Maafkan aku, TUHAN... maafkan aku yang sering mempertanyakan.